"Don't Judge Book by It's Cover" : Apa Gunanya Berlomba-lomba Memperindah Tampilan Buku?

"Don't Judge Book by It's Cover," tak asing lagi di telinga. "Jangan menilai buku dari sampulnya," kurang lebih seperti itulah. Kenapa? Ya, kadang kita terjebak pada sampul buku atau tampilan menarik suatu buku. Setelah tanggung membeli, ternyata isinya tak semenarik sampulnya. Atau malah sebaliknya, tampilan yang kurang menarik membuat nilai jualnya berkurang. Padahal, kalau sampai buku itu dibaca, bisa jadi tak akan ditemukan lagi buku sebagus itu.

Salah satu tipisnya adalah jangan "lapar mata". Baca dulu setidaknya sinopsis yang tertera di balik buku, jika bukunya masih tersegel. Itu menggambarkan keseluruhan isi buku secara umum. Atau bisa juga jika beruntung bukunya sudah tak tersegel atau ada contoh bukunya, baca sinopsis dan daftar isi buku.

Lalu, jika seperti itu adanya, apalah gunanya berlomba-lomba memperbagus sampul buku? (serius nanya). Selain menarik perhatian pembaca dan pembeli?


Ternyata, kalimat ini pantas untuk di kiasan pada banyak hal lain di luar sana . Seseorang juga, misalnya. Kita terkadang melihat seseorang dari tampilan luar, bahkan cara dia berinteraksi dengan orang lain. Hal itu bisa mengakibatkan dua efek yang berbeda, antara tertarik atau sebaliknya.

Namun, ketika kita sudah mulai mengenalnya, kesan pertama yang dihasilkan biasanya berbeda dengan saat pertama hanya melihatnya sebelah mata. Bahkan, perbuatan sesorang pun tak pantas kita nilai dengan mudah. Karena niat mereka berbuat sesuatu hanya hati kecilnya yang tau. Lalu tugas kita? Selalu berbaik sangka atas apapun :)

Komentar

Postingan Populer