November dan Suka Cita

"Gemar sekali kau lukiskan
Bintang untukku
Sungguh lihai tanganmu
Menata kembali hati
Yang hampir mati
Kan ku letakkan hangat
Di tengah dekap kita
Jangan biarkan ku pulang
Ke rumah yang bukan engkau."
.
November telah melambaikan tangannya. Pertanda kehadirannya akan berlalu sesaat lagi. Kehadirannya bak kedipan mata. Seperti berlalu begitu saja. Ketika membuka mata dari kedipan sesaat itu, ia telah di ujung perpisahan.

November, bahkan sekedar menyebutnya saja senyumnya mampu sempurna merekah. Lalu, setiap jengkalnya memutar ulang berbagai kejadian yang tercipta. Persis seperti menyaksikan sejauh pandang sabana yang menjelma menjadi hamparan taman berbunga. Keindahan yang tak pernah disangka. Namun, nyatanya terealisasi.

Tahukah November? Banyak hari-hari sulit yang telah dirinya lewati. Ia pernah terpuruk, hingga akhirnya kembali bangkit. Walau dengan serpihan luka yang nampaknya tidak akan pulih. Trauma pun bahkan tanpa permisi singgah di hari-harinya. Enggan untuk pamit.

Tapi lihatlah, November. Ternyata kaulah penyembuhnya. Menyembuhkan tanpa menjadikannya lebih terpuruk. Membuatnya berdamai dengan segala luka dan trauma. Kau juga hadirkan jutaan warna indah di sepanjang harinya. Semoga tetap begitu.

Terima kasih, November. Bulan selanjutnya tak akan lagi perlu ia khawatirkan. Karena ia tahu, kau akan selalu ada💙

Komentar

  1. Terimakasih kak, tulisannya sangat indah, berarti, dan menginspirasi. Ditunggu tulisan-tulisan selanjutnya 😁

    Semangat :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer